Bismillahirrohmanirrohim

wahai sahabat...
dengan ilmu kita akan mendapatkan segalanya..
dengan ilmu kita akan selamat dunia akhirat..

Selamat Datang Pengunjung Ke

Follow

Kamis, 17 Maret 2011

Resensi Pengembangan Profesi “ GURU PROFESIONAL” (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar)

RESENSI
“ GURU PROFESIONAL” (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar)
Prof.Dr.H Buchari Alma,M.Pd. dkk Penerbit ALFABETA Bandung
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Profesi
Dosen pengampu:
Drs. Sarjono, M.Pd

Oleh :
Yuhan Bantar Cipta Ningsih
07410278

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2OO9
Isi, Kelebihan dan Kelemahan
A. Isi
Ditekankan untuk para mahasiswa yang prodi tentang keguruan di sini para dosen harus memperhatikan mahasiswa dalam berpenampilan ketika mahasiswa itu mengikuti perkuliahan ataupun latihan ketrampilan mengajar. Latihan ketrampilan mengajar di depan kelas dengan menampilkan ketrampilan:
1) Action dan Set Induction
Mampu beraksi didepan kelas dengan cara mengerakkan tangan, kaki, kepala, dan sebagainya.
Set induction ( Ketrampilan membuka pertemuan )
a. Menciptakan kesan respektif di kalangan siswa
b. Menciptakan kondisi emosional yang baik di dalam kelas
c. Menyampaikan Prolog dari kegiatan belajar mengajar.
2) Basic Questioning dan Reinforcement
Dilatih mahir dalam ketrampilan bertanya, dengan prinsip-prinsip dan memberikan penguatan dalam segala bentuk dan prinsip-prinsipnya.
3) Explaining
Berlatih menjelaskan mata pelajaran dengan berbagai prinsip yang harus dikuasainnya. Explaining ( Ketrampilan menjelaskan )
a. Penyampaian suatu ide/pendapat ataupun pemikiran
a) Kejelasan dalam penggunaan bahasa
b) Pemberian ilustrasi
c) Penekanan dan penegasan
d) Pengambilan umpan balik
b. Pengorganisasian dalam menyampaikan ide
a) Sistematika penyampaian
b) Hubungan antara hal yang terkandung dalam ide.
4) Variation
Memperagakan segala macam jurus ketrampilan yang telah ia kuasai di tambah dengan ketrampilan menulis di papan tulis. Variasai dalam gaya mengajar ini, banyak berhubungan dengan sifat pribadi, seperti nada suara, atur lunak, keras, mimic muka, gerakan-gerakan langkah, mengarahkan perhatian murid. Variasi dalam menggunakan metode dan media.
5) Reinforcement ( Ketrampilan memberikan penguatan )
Reinforcement adalah repon positif terhadap suatu tingkah laku tertentu dari siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.
Prinsip Penggunaan :
1. Penuh kehangatan, antusias dan jujur
2. Hindari penguatan negative, kritikan, hukuman.
3. Bervariasi
4. Penuh arti bagi siswa
5. Bersifar pribadi
6. Langsung / segera.
6) Closing Procedures ( Ketrampilan menutup pertemuan )
• Memberi penekanan kembali pentingnya bahan yang diberikan.
• Penguatan untuk tetap mempertahankan kondisi belajar.
• Ekspektasi.
o Cooperative learning
Merupakan suatu model pembelajaran dengan menggukan kelompok kecil, bekerja sama.
Langkah-langkagnya :
1. Guru mendesain rencana pembelajaran, tujuan yang ingin dipcapai, ketrampilan apa yang diharapkan akan muncul.
2. Guru harus menjelaskan desain ini kepada siswa.
3. Guru menjelaskan sedikit tentang bahan ajar.

o Pola mengajar dan kegiataan siswa
A. Telling (menggurui)
B. Leading( memimpin )
C. Directing (mengarahkan)
D. Supervising (supervise)
E. Sharing (turut serta)
F. Leaving (meninggalkan)

Pemilihan pola mengajar biasanya dilakukan atas pertimbangan :
1. Tujuan pengajaran
2. Karakteristik bahan yang diajarkan
3. Alokasi waktu yang tersedia
4. Karktristik siswa
5. Kemampuan guru itu sendiri
o Model-model mengajar
Model mengajar merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada prilaku siswa seperti yang diharapkan.
Ciri-ciri model mengajar :
1. Memiliki prosedur yang sistematik
2. Hasil belajar ditetapkan secara khusus
3. Penetapan lingkungan secara khusus
4. Ukuran keberhasilan
5. Interaksi dengan lingkungan
o Guru professional
Guru professional akan mengarahkan sasaran pendidikan membangun generasi muda menjadi suatu generasi bangsa penuh harapan.
Menjadi guru professional dituntut untuk memiliki 5 hal :1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan PMB. 2.Guru menguasai secara mendalam mata pelajaran yang diajarkan. 3. Guru bertanggungjawab memantau hasil belajar melalui berbagai cara evaluasi. 4. Guru mampu berikir sistematis. 5.Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesi.
o Bahan Renungan Instropeksi
Permasalahan yang dihadapi di sini adalah bagaimana guru-guru lulusan keguruan menampilkan diri selama menampilakan tugas sehari-hari yang sifatnya manunggal dengan segala persyaratan untuk menjadi guru yang baik.

B. Kelebihan
Didalam buku guru professional yang saya baca ada beberapa kelebihan yaitu :
1. Kalimat yang digunakan adalah untuk lebih menyarankan kepada para mahasiswa atau calon guru ataupun guru.
2. Memberikan motivasi untuk memperbaiki diri sebagai seorang guru.
3. Banyak menawarkan metode-metode pembelajaran sehingga sangat diperlukan unuk pegangan guru
4. Kata-kata yang digunakan ilmiah
5. Menggunakan EYD yang benar.


C. Kelemahan
Ada kelebihan tak lupa juga pastinya ada kelemahannya antara lain :
1. Penjelasannya kurang detail.
2. Isinya masih secara umum belum spesifikasi.
3. Pembagian judul-judul pada bab kurang terstruktur.

Selasa, 15 Maret 2011

Strategi Pembelajaran Psikologi

PEMBAHASAAN
A. TEORI DISCOVERY LEARNING
a. Pengertian
Teory discovery learning menurut pandapat Jerome Bruner bahwa peranan guru harus menciptakan situasi, dimana siswa dapat belajar sendiridaripada memberikian suatu paket yang berisi informasi atau pelajaran kepada siswa.
Bruner mengatakan
“ we teach a subject not to produce little living libraries on that subject, but reather to get a student to think… for himself, to consider matters as an historian does, to take part in the process of knowledge-getting. Knowing is a process, not a product ( 1966, hlm.72)

b. Manfaat
Belajar banyak menemukan sesuatu banyak manfaatnya dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan mata pelajaran. Contoh, bebrapa museum ilmu pengetahuan mempunyai satu seri tabung silinder yang berbeda ukuran dan beratnya, beberapa ada yang padat, dan bebrapa ada yang berlubnag. Siswa didorong untuk berlomba mengiringkan ke bawah. Dengan eksperimen yang hati-hati siswa dapat menemukan kecepatan dari silinder-silinder tersebut.
Dari teori discovery learning ada beberapa keuntungan jika anda menggunakann teori ini, keuntungannya meliputi :
1. Teori ini menimbulkan keingintahuan siswa, dapat memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaan sampai mereka menemukan jawaban-jawabannya
2. Pendekatan ini dapat mengajar ketrampilan menyelesaikan masalah secara mandiri dan mungkin memaksa siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi, dan tidak hanya menyerap secara sederhana saja.

c. Langkah-langkah
1. Siswa diharapkan pada problem-problem yang menimbulkan suatu perasaan gagal di dalam dirinya. Ini mulai proses inquiry
2. Siswa mulaimenyelidiki problem itu secara individual.
3. Siswa berusaha memecahkan problem dengan menggunakan pengetahuanya, melihat fenomena-fenomena, menghubung-hubungkan pengetahuan yang sebelumnya. Inilah perbuatan dari discovery
4. Siswa menunjukkan pengertian dari generalisasi itu
5. Siswa menyatakan konsepnya atau prinsip-prinsipnya di mana generalisasi itu didasarkan.

B. Implikasi Discovery learning dari Bruner
1. Kenaikan dari potensi intelektual menimbulkan harapan murid untuk sukses. Dengan perkembangan itu anak akan menjadi cakap dalam mengembangkan strategi di dalam mendekati lingkungna yang teratur ataupun yang tidak teratur.
2. Dalam proses pendidikan disebut tentang spiral kurikulum yang artinya suatu kurikulum yang disusun mulai dari suatu topic yang sederhana menuju ke topic yang makin kompleks. Anak ankan mempelajari suatu topic yang sederhana, kembali ke topic itu pada tinhkat yang lebih luas.
3. Dalam praktek banyak cara untuk melakukan discovey learning. Ada yang menggunakan teknik diskusi kelompok. Berikut ini bebrapa sarab tentang usaha memperbaiki diskusi kelompok.
a. Saudara dan anggota kelompok harus athu secara pasti tujuan a=dari diskkusi itu
b. Ciptakan susasan yang menyenagkan agar anggota bis aberpartisipas secra aktif
c. Bentuklah tone dari kelompok itu. Berilah garis binbingan
d. Peranan saudara tampaj secara jelas
e. Ketahuilah kapan diskusi itu berakhir
f. Buatlah kesimpulan secara ringkas tetapi jelas.
4. Pendukung bruner yaitu postman dalam bukunya teaching as a subsersive Activity menyebutkan beberapa hal penting dalam inquiry, yaitu :
a. Guru akan sering mengatakan “what he think…”
b. Guru banyak bertanya
c. Guru banyak minta jawaban dari suatu pertanyan
d. Guru mendorong muurid untuk berinteraksi dengan guru atau dengn temannya
e. Pelajaran berkembang dari respon murid, bukan dari struktur logis yang telah ditentukan sebelumnya.


Daftar Pustaka
Soemanto wasty, psikologi pendidikan.jakarta. rineka cipta, 1998

UNESCO

UNESCO (United Nations Educational Scientific, Culture, Organization)
1. Education for all
Yakni pemerataan pendidikan bagi semua kalangan masyarakat tanpa membedakan antara yang kaya dan yang miskin, tanpa membedakan suku, budaya, bahasa, adat-istiadat, warna kulit, dan agama. Di Indonesia, pendidikan untuk semua ini sudah dicanangkan, dengan melihat melihat kebijakan-kebijakan yang ada, yaitu :
a. Wajib belajar 9 tahun menjadi 12 tahun.
b. Adanya hak yang sama bagi masyarakat untuk mendapat pendidikan yang bermutu (Sisdiknas, BAB IV pasal 5).
c. Sisdiknas, BAB IV pasal 5 (1,2,3,4,5), pasal 6, 7, 11 (1,2), dll.
d. Program penghapusan buta huruf.
e. Otonomi pendidikan.
f. BOS.
g. Beasiswa bagi siswa yang berprestasi dan yang tidak mampu.
h. Melengkapi sarana dan prasarana.
Adanya kesenjangan yang terjadi dari kebijakan-kebijakan pendidikan yang sudah ditetapkan mayoritas akrena keterbatasan pengetahuan dan sarana prasarana. Contoh : dalam pelaksanaan kurikulum KTSP masih banyak yang belum bisa secara maksimal mengoperasionalkan dalam pendidikan.
Selain itu, kegagalan lain dari penerapan education for all ini adalah :
a. Paradigma magic, anggapan masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi itu adalah karena takdir yang sudah ditetapkan.
b. Paradigma naïf, masyarakat mengetahui kelemahan dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki akan tetapi mereka malas dan tidak mau mengusahakan untuk mengupayakan pada hal yang lebih baik dan lebih maju dalam mengaktualisasikan diri
c. Paradigma kritis, mayrakat tidak dapat mengembangkan potensi-potensinya karena sistem-sistem yang membelenggu.
2. Education must be situasional
Pendidikan mesti disesuaikan dengan kebutuhan/sesuai dengan arus zaman. Bagaimana pendidikan bisa menjadi peka zaman.
a. Merumuskan konsep
1. Pendidikan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
2. Disesuaikan dengan kondisi masyarakat.
Hambatan : kondisi masyarakat yang belum bisa disesuaikan secara maksimal.
b. Kurikulum yang disesuaikan
• Pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan “need” masyarakat yang ada.
3. Pendidikan sepanjang hayat
Pendidikan tidak dapat hanya dapat dilakukan di lembaga-lembaga sekolah, akan tetapi pendidikan secara umum dapat dilakukan di mana saja dalam rangka usaha pengaktualisasian diri manusia itu sendiri (dilingkungan keluarga dan masyarakat). Dan pendidikan ini tidak terbatas pada jenjang usia tertentu, jenjang pendidikan tertentu, akan tetapi berlangsung sampai akhir hayat (hidup). Sabda Nabi : Uthlubul ‘ilma minal mahdi ila lahdi (menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahat).
4. Education focoses on gender
Sebuah pendidikan di mana adanya kebebasan memilih pendidikan namun tanpa meninggalkan makna-makna dan kodrat yang dimiliki oleh masing-masing.
5. Pendidikan holistik.
Holistic = whole, artinya menyeluruh. Pendidikan yang holistic yakni pendidikan yang berusaha supaya peserta didik:
a. Menemukan identitas diri.
b. Makna dan tujuan hidup.
Pendidikan holistic secara konkrit dapat dilihat di dalam pembelajaran, di mana pembelajaran tersebut tidak hanya melibatkan otak peserta didik akan tetapi juga melibatkan tubuh dan perasaan (inteligen, motorik, emotional, dan spiritual). Adanya pendidikan holistic ini, penting bagi seorang guru untuk memiliki keprofesionalan di dalam melakukan pembelajaran di kelas. Karena guru yang profesionallah yang berkompeten untuk mewujudkan pendidikan yang holistic. Di sinilah Peran penting pemerintah dalam pengembangan keprofesionalan ini, namun, partisipasi guru itu sendiri untuk meningkatkan keprofesioanlannya pun sangat penting.
Keprofesionalan itu meliputi :
a. Menguasai peserta didik.
b. Menguasai instruksional.
c. Menguasai merode pembelajaran.
d. Mengusai evaluasi pembelajaran.
6. Tujuan akhir pendidikan hidup bersama dalam harmoni, semangat paguyuban/kebersamaan, pembangkitan nurani dan moral.
Realita :
1. Banyaknya fenomena yang menunjukkan meningkatnya individualis dikarenakan dampak dari arus reformasi dan globalisasi. Dampak : pengangguran, pencurian, penindasan, dll.
2. Banyaknya generasi yang matang secara akademik (teori) namun nol dalam praktek.
3. Banyaknya profesor-profesor yang bernurani dan moral rendah.
Solusi :
1. Perkuat dan fungsikan secara maksimal catur pusat pendidikan (keluarga, masyarakat, sekolah, dan agama).
2. Capai tiga ranah pendidikan secara maksimal (kognitif, afektif, dan psikomotor) dan menyeluruh.

7. Pilar-pilar pendidikan :learning to know, to do, to be and to live together.
a. Learning to know : merupakan sebuah proses untuk mengetahui arah atau berbagai ilmu pengetahuan..
b. Learning to do : yakni mengimplementasikan apa yang sudah didapatkan.
c. Learning to be : mengetahui dan menemukan jati diri.
d. Live together : hidup bermasyarakat secara damai dan tentram.

Al-Ghazali

BAB I
PENDAHULUHAN

Tidak diragukan lagi Al-Imam Besar seorang pemikir muslim yang sungguh memiliki ketangkasan azam dan iltizam yang cukup tinggi. Hingga cita rasanya sampai mendunia, terkenang sepanjang masa. Dalam kaya-karya yang besar dan hasil pemikiran beliau, dari ceramah-ceramah yang beliau sampaikan, dari makalah-makalah ilmiah yang ia tulis, sifat kesabaran, keanggunan, tutur bahasa yang mudah dipahami dan jelas menjadikan masyarakat begitu segan ingin berjumpa dengan beliau untuk belajar. Dari aspek tujuan pendidikan dan posisi mudaris dalam mendidik para muridnya, beliau memberikan penjelasan, bahwa kata sukses akan dapat kita raih disepanjang sejarah pendidikan ini, jika ada dukungan dari tujuan yang terarah dan terencana dan peran seorang mudaris dalam memainkan peran dan fungsinya baik ketika ia sedang mengajar maupun ketika ia diluar jam mengajar.Pendidikan menurut pandangan Al-Iman Al-Ghozali ialah menghilangkan akhlak yang buruk dan menanamkan akhlak yang baik. Oleh karena itu membentuk akhlak yang baik pada peserta didik bagi seorang mudrais sangatlah menjadi tujuan utama dalam pemikiran seorang imam besar tersebut. Pada paradigma aliran pendidikan sifat pemikiran yang dikemukaan oleh Al-Ghozali lebih bersifat konservatif, beliau cenderung memandang anak didik adalah manusia yang suci yang harus ia isi dan kita warnai dengan hal-hal yang baik. Sehingga proses pewarnaan yang ada dapat terbentuk dengan sempurna. Wallahu’alam


RUMUSAN MASALAH

1. Setting Sosial Cultural tokoh ?
2. Konsep tujuan pendidikan dan Pendidik menurut Imam Al-Ghozali?
3. Analisis kritis menurut konsep tersebut ?



BAB II
PEMBAHASAN

A. Setting Cultural Tokoh Al-Imam Al-Ghozali
1. Kisah Hidup Al-Ghozali
Nama lengkap ialah Muhammad bin Muhammad bin Muhammmad, mendapat gelar Imam besar (Al-Alama) Abu Hamid Al-Ghozali Hujatul Islam, dilahirkan di kampung Ghazalah, Thusia suatu kota di Khurasan Persia pada tahun 450/1085 M, dengan kondisi masyarakatnya hampir semua hidup dalam naungan ibadah dan tersebarnya serta berkembangnya ajaran tasawuf pada masa Al-Ghozali ini. Ia merupakan keturunan Persia dan mempunyai hubungan keluarga dengan raja-raja saljuk yang memerintah di daerah Khurasan, Jibal, Irak, Jazirah, Persia, dan Ahwaz. Ayahnya seorang pedagang tenun, ia dimata masyarakat di juluki orang yang jujur, hidup sederhana dengan usaha mandiri tanpa bantuan orang lain.Terakhir pada kisah Ayah Al-Ghozali, sebelum ia meninggal ia sempat berdoa kepadaNya :”untuk diberikan anak yang sholeh dan menjadi seorang Alim Ulama. Namun sayang ia tidak dapat menikmati kebanggaannya di dunianya, karena ajal telah mengampirinya semasa Ghozali masih kecil. Sebelum ia meninggal dunia ia sempat menitipkan kedua anaknya (seorang diantaranya adalah Muhammad, yang kemudian dijuluki Al-Ghozali), kepada seorang Sufi, (sahabat karibnya) sambil ia berkata ”Nasib saya sangat malang, karena tidak mempunyai ilmu pengetahuan, berkata ayahnya kepada sahabat karibnya : “Aku titipkan dua anakku kepada mu untuk menggantikan kemalanganku, saya ingin menebusnya dengan para penghimpurku ini. perihalalah mereka dan pergunakanlah sampai habis harta warisan ku, yang sempat aku tinggalkan ini. Selepas hal itu Ayah Ghozali menghembuskan nafas akhirnya diperadapan klasik itu. Hanya sang ibu lah yang menjadikan motivasi terbesar sehingga dimasa Anak-anak ia tubuh menjadi calon ulama, selama belajar bersama kerabat karibnya. Sepeninggalnya berkata seorang gurunya (kerabat karib Al-Ghozali) kepada (kedua titipan anak Al-Ghozali):”selepas ini ketahuilah bahwa saya telah membelanjakan bagian kalian, seluruh harta peninggalan Ayahmu. Saya adalah orang miskin dan bersahaja dalam hidupku. Saya kira hal yang terbaik yang dapat kalian lakukan masuklah dalam madrasah sebagai murid. Mungkin hanya dengan jalan ini lah yang dapat mewujudkan impian Ayahmu dan kelangsungan hidupmu dan kebahagian yang abadi pada surgaNya.
Didalam madrasah Al-Ghozali sempat berguru dengan Imam Ahmad di sana ia pernah belajar sebagian ilmu fiqih kepada Ahmad bin Muhammad Ar-Razikani dan lebih mendalami ilmu tasawuf kepada Yusup An-Nasaj, sampai usia 20 tahun kemudian ia memasuki sekolah tinggi Nidhamiyah Bagdad dan disinilah ia bertemu imam Haramain dan lebih belajar pada ilmu-imu mantiq, tasawuf , filsafat, risalah-risalah ikhwanu shofa dan menyelami paham filasafat barat terutama paham Aristoteles dan pemikir-pemikir filasafat yunani. Bahkan Al-Ghozali sanggup bertukar pikiran dengan berbagai aliran dan agama, serta menulis beberapa buku dalam konsep ilmu pengetahuan. Kemudian setelah lulus dari Madasrah tersebut karena dianggap pandai ia diangkat menjadi dosen di Universitas Nidhamiyah pada tahun 483/1090 M, dan banyak para murid atau mahasiwa universitas tersebut amat gemar dengan kuliah dan ceramah yang disampaikan oleh Al-Ghozali pada saat itu. Bahkan sebagaian para ulama dan masyarakat turut memperhatikan perkembangan pemikiran dan gagasan pandangan seorang Imam besar tersebut. Selama menjabat sebagai dosen Universitas tersebut teruslah Al-Ghozali belajar dan lebih banyak menulis karya-karya ilmiah hingga pada menelaah firqoh-firqoh, paham-paham aliran, Thaifah dan filsafat dan mewarnai pergolaaan dari pemikiran Al-Ghozali itu sendiri, sehingga ia ragu dengan kesanggupan akal untuk mendekatkan diri kepada Allah, apalagi untuk menggetahui hakekatnya, hingga ia pernah terserang penyakit yang belum pernah ada obatnya, kecuali obat lahiriyah yaitu dengan mengembalikan ajaran tasawuf sebagai jalan hidupya. Dari kota Damsyik kemudian ia berpindah ke palistina dan di sini pula ia tetap merenung, membaca, menulis diBaitul Maqdis. Setelah itu ia bergerak lah hatinya untuk menunaikan ibadah haji setelah dan sesudah itu ia pulang ketempat kelahiranya dan ia meninggap dunia di Thus pada tanggal 14 Jumadil Akhir 505 H/19 Desember 1111 M, tepat dihadapan adiknya Abu Mujiddudin, dengan meninggalkan 3 anak perempuan dan satu anak laki-laki dengan nama Hamid hingga ia mendapat sebuah gelar Abu Hamid yang berarti bapaknya Hamid Wallahi.

2. Corak Pemikiran Imam Al-Ghozali
Salah satu keunikan dari pola pemikiran beliau adalah bersifat konservatif (dimana aliran ini memandang sebuah persoalan pendidikan cenderung bersifat murni keagamaan. Dan mereka memakai ilmu dalam pengertian sempit yaitu ”hanya mencakup ilmu-ilmu yang dibutuhkan pada saat sekarang (hidup didunia) yang jelas-jelas akan membawa manfaat kelak diakherat seperti hanya penuntut ilmu atau seorang tholib dalam menutut ilmu berkeharusan mengawali belajarnya dengan kitabullaah dan berusaha menghafalnya serta mampu menafsirkannya.) Sebuah Pergolakan pemikiran yang amat panjang dari perjalanan seorang Imam besar dan seorang ilmuan muslim pada abad pertengahan. Bahkan para filosuf barat pun menggagumi akan kefaqihannya terhadap pemikiran dan karya-karya besarnya, hingga dapat mempengaruhi sebagian pola pikir filosuf barat walaupun ia juga pernah menggagumi kehebatan Aristoteles dimasa itu. Hal yang unik bagi dirinya bahwa perhatian hidup termasuk harta, jiwa dan potensi dirinya hanya tercurah pada ilmu pengetahuan hingga sifat beliau tidak pernah puas terhadap apa yang didapatkannya walapun itu berupa wujud penghargaan ataupun dalam bentuk lain. Selain itu pula keinginan dan azam yang kuat pengalaman, dan pengembaraan intelektual spiritual telah menjadikan pergeseran pemahaman dan cara pandang beliau dalam memahami dan mewujudkan karya-karya besarnya. Perpindahan-perpindahan itu dapat kita lihat, pada saat ia sedang belajar ilmu-ilmu kalam beralih pada filsafat, ketika ia belajar pada dunia batiniyah hingga beralih pada ajaran tasawuf sampai akhirnya ketika ia beralih pada ajaran sufistis pada ajaran Shalafus Sholeh, wallahu’alam. Pengaruh-pengaruh ini didapatnya ketika ia bermula belajar di Universitas ketika itu, hingga kemajuan pemikirannya sulit kita tebak dan kita ketahui. Namun pengaruh-pengaruh pemikiran muda-nya masih tetap ada dan hal ini dapat kita lihat disebagian tulisan beliau pada kitab-kitab mulianya. Dilain sisi ia juga mendemonstrasikan kebohongan-kebohongan para filosuf barat bahkan diakhir hayatnya ia menyesal hanya mempelajari ilmu-ilmu yang kurang berfaidah memboros-boroskan akal dan banyak menyia-yiakan waktu, walapun ia juga sempat menggatakan dan pernah membela ilmu warisan seorang filosuf yunani yang terkenal yaitu Aristoteles. Wallahi

B. Konsep tujuan pendidikan dan pendidik menurut islam
Sistem pendidikan Al-Ghazali sangat di pengaruhi luasnya ilmu pengetahuan yang dikuasainya, sehingga dijuluki filosof yang ahli tasawuf (failasuf al-Mutasawwifin). Dua corak ilmu yang telah terpadu dalam dirinya itu kemudian turut mempengaruhi formulasi komponen-komponen dalam system pendidikannya.
1. Tujuan pendidikan menurut Imam Al-Ghozali
Dari Imam Al-Ghozali berkata dalam kitabnya Ihya Ulumuddin juz 1/13 : bahwa “tujuan mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk ilmu pengetahuan itu saja. Memberi arti bahwa apabila engkau mengadakan sebuah penyelidikan dan penalaran terhadap ilmu pengetahuan, maka engkau akan melihat kelezatan padanya, oleh karena itu untuk mempelajari ilmu pengetahuan adalah karena ilmu itu sendiri, dengan demikan penelitihan penalaran dan pengkajian adalah mengandung kelezatan intelektual dan spiritual, dimana posisi ini akan menumbuhkan roh ilmiah dan cita rasa baru sebuah pengalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Tujuan utama pendidikan adalah pembentukan akhlak
Pada konsep ini Al-Ghozali lebih mengedepankan keluhuran rohani, keutamaan jiwa, kemuliaan akhlak dan kepribadian yang kuat. Berkata imam Al-Ghozali dalam kitabnya : ”bahwa antara ilmu dan amal itu harus seimbang dan saling melengkapi, searah dan setujuan dalam arti lain ilmu harus alamiyah dan amal harus ilmiah, sehingga dapat dicapai keharmonisan antara ilmu dan amal perbuatan Wallahi
Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kehidupan dunia dan akhirat. Berkata imam Al-Ghozali : ” Dan sungguh engkau mengetahui bahwa hasil ilmu pengetahuan adalah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan pencipta alam, menghubungkan diri dan menghampiri dengan ketinggian malaikat demikian itu di akhirat. adapun didunia adalah kemulian, kebesaran, pengaruh pemerintahan bagi pimpinan negara dan penghormatan menurut kebiasannya jelasnya “tujuan manusia tergabung dalam agama dan dunia adalah ladang kita bersinggah, menanam dan pengembaraan dengan amal kebaikan pada tujuan akhir hidup ini yaitu kebahagian yang abadi
Tujuan pendidikan yang telah dirumuskan oleh Al-Ghazali tersebut dipengaruhi oleh ilmu tasawuf yang dikuasainya, karena ajaran tasawuf memandang dunia ini bukan merupakan hal utama yang harus di dewakan, tidak abadi dan akan rusak, sedangkan maut dapat memutuskan kenikmatannya setiap saat. Dunia hanya tempat lewat sementara, tidak kekal. Sedangkan akhirat adalah desa yang kekal dan maut senantiasa mengintai manusia.
Bagi Al-Ghazali yang dikatakan orang yang berakal sehat adalah orang yang dapat menggunakan dunia untuk tujuan akhirat, sehingga derajatnya lebih tinggi disisi Allah dan lebih kebahagiaannya di akhirat. Ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali adalah tidak sama sekali menistakan dunia, melainkan dunia hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan.
3. Pendidik menurut Imam Al-Ghozali
Menurut Al-Ghazali dalam proses pembelajaran pendidik merupakan suatu keharusan. Eksistensi pendidik merupakan syarat muthlak bagi keberhasilan suatu proses pendidikan anak. Pendidik dianggap sebagai malikul kabir. Bahkan dapat dikatakan bahwa pada satu sisi, pendidik mempunyai jasa lebih dibandingkan kedua orang tuanya.
Al-Ghozali mempergunakan istilah pendidik dengan berbagai kata seperti mudaris, mualim. Al-Walid yang kesemuanya itu memberi arti seseorang yang mendidik Anak melalui ilmu yang ia pelajari hingga ia bener-bener faham betul terhadap materi dan hakekatnya. Adapun pembahasannya dapat kami uraikan sebagai berikut :
a. Kewajiban pendidik
Al-Ghazali berpandangan idealistik terhadap profesi seorang guru, idealitik menurutnya adalah “ seorang yang berilmu, dan beramal dan mengajar. Orang seperti ini adalah orang yang terhormat di kolong langit. Karena konsep dari pemikiran Al-Imam adalah ilmu dan amal haruslah selalu melengkapi, dengan arti lain apabila seorang guru hanya sekedar mengajar tanpa beramal dan memberikan tauladan terhadap para muridnya maka ia belum pantas disebut seorang guru yang mampu menjaga kehormatannya. Ilmunya banyalah sampah yang tidak akan berbuah dengan lebatnya, perbuatan amalnya tidak dapat dilukiskan seperti tumbuhnya kuncup-kuncup pada rantai pohon lain hingga yang paling bodoh ia ibarat sebuah roda jalan tanpa ada pedoman kemana ia harus membawa tujuan dan bagaimana caranya agar perabot ini bisa kita bahwa hingga kemuliaan dapat kita usung kesana. Berangkat dari perspektif idealistik bahwa Al-Ghozali berkata “seorang yang telah berkelut dengan dunia mengajar maka ia hendaknya menjaga kode etiket dan k ode etik profesinya, diantaranya : Pertama, memperlakukan mereka dengan kasih sayang seperti ia memperlakukan seperti anaknya sendiri. Kedua, seorang guru hendaknya selalu memperbaiki niat, ia mengejar hanya semata-mata untuk mencari keridhoan Allah bukan hanya upah belaka. Dan tidak berhak mendapatkan penghargaan dan penghormatan dari seorang murid walapun sewajarnya ia memang harus demikian. Ketiga, tugas guru adalah pembawa siar nasehat. Oleh karena itu nasehat seorang guru tidak hanya pada lisan saja melainkan pada hati dan perbuatan dirinya. Keempat, mencegah peserta didik jatuh pada perbuatan tercela yang akan berakibat fatal bagi anak didik kita. Kelima,memahami bahwa dirinya selalu punya kekurangan maka jangan remehkan terhadap semua hal. Keenam, Sampaikan materi sesuai tingkat kepahaman mereka jangan terlalu tinggi dan juga jangan terlalu rendah (proposional), Ketujuh, Sampaikan kepada peserta didik yang berkemampuan rendah dengan jelas dan kongrit, tetap berlemah lembutlah kepadanya, bersabar atas ujian itu semuanya, jangan cela mereka atau bahkan menyalahkannya. Kedelapan, Guru harus mengamalkan ilmu sehingga peserta didik turut menjiwainya.
b. Profesi pendidik
1. Alasan yang berhubungan dengan naluri
Berkata Imam Al-Ghozali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin : “Apabila ilmu pengetahuan itu lebih utama dalam segala hal maka mempelajarinya adalah mencari yang lebih mulia dan mengajarkannya adalah memberi faidah bagi keutamaan itu
2. Alasan yang berhubungan dengan kemanfaatan umum
Artrinya orang yang mencari ilmu itu berada dalam keadaan berikut :
a. Mencari faidah dan guna ilmu
b. Mencari hasil ilmu pengetahuan hingga ia tidak bertanya-tanya
c. Memberi wawasan ilmu dan mengajarkannya.
3. Alasan yang berhubungan dengan unsur yang dikerjakan
Artinya seorang guru adalah berurusan langsung dengan hati dan jiwa manusia. Dan wujud yang paling mulia di muka bumi ini adalah jenis manusia. Sedangkan bagian yang paling mulia yang ada dalam Jauhar tubuhnya adalah hatinya, guru adalah pekerja dan penyempurna, pembersih, pensuci dalam membawa umat manusia pada cahaya dan mendekat pada tujuan yang sebenarnya yaitu kepada Allah
Imam Al-Ghazali menyusun sifat-sifat yang harus dimiliki pendidik, adalah sebagai berikut :
• Pendidik hendaknya memandang peserta didik sebagai anaknya sendiri, menyayangi dan memperlakukan mereka seperti anak sendiri.
• Dalam menjalankan tugasnya pendidik hendaknya tidak mengharapkan upah atau pujian. Tetapi hanya mengharapkan keridloan Allah SWT dan berorientasi untuk mendekatkan diri kepadanya.
• Pendidik hendaknya memanfaatkan setiap peluang untuk memeberi nasihat dan bimbingan kepada peserta didik, bahwa tujuan menuntut ilmu adalah mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk memperoleh kedudukan dan kebanggaan duniawi.
• Terhadap peserta didik yang bertingkah laku buruk, hendaknya pendidik menegurnya sebisa mungkin dengan cara menyindir dan penuh kasih kasang, bukan dengan cara terus terang dan mencela, sebab teguran yang terakhir dapat membuat peserta didik berani membangkang dan sengaja terus-menerus bertingkah laku buruk.
• Hendaknya pendidik tidak fanatik terhadap bidang studi yang diasuhnya, lalu mencela bidang studi yang diasuh oleh orang lain.
• Hendaknya pendidik memeperhatikan perkembangan berfikir peserta didik agar dapat menyampaikan ilmu sesuai dengan kemampuan berfikirnya. Hendaknya ia tidak menyampaikan ilmu di atas kemampuan berfikir dan jangkauan pemahaman peserta didik.
• Hendaknya pendidik memperhatikan peserta didik yang lemah dengan memberikannya pelajaran yang mudah dan jelas, dan tidak menghantuinya dengan hal-hal yang sulit dan dapat membuatnya kehilangan kecintaan terhadap pelajaran.
• Hendaknya pendidik mengamalkan ilmunya dan tidak sebaliknya

E. Analisis kritis terhadap konsep tersebut
Konsep yang ditawarkan oleh Al-Ghazali dalam pendidikan memang bagus, yaitu keluhuran rohani, keutamaan jiwa, kemuliaan akhlak dan kepribadian yang kuat. Akan tetapi dalam dunia pembelajaran, sifat pembelajaran masih bertumpu pada paradigma klasik yaitu pusat pembelajaran dalam menerima sebuah materi hanya terbatas pada media seorang guru. Jadi pendidik dituntut lebih aktif dalam KBM. Padahal kalau ditela'ah lebih dalam lagi masih banyak media belajar yang dapat digunakan, seperti buku dan yang lainnya. Dapat di ambil kesimpulan bahwa peserta didik adalah objek belajar, dan ini sangat berbeda sekali dengan pendidikan modern pada masa sekarang ini bahwa peserta didik adalah subjek. Jadi peserta didik tidak hanya menerima materi secara pasif akan tetapi adanya timbal balik antara pendidik dan peserta didik..
Keberadaan guru jika dikaitkan dengan profesi dunia dan akhirat dalam pandangan yang seimbang antara hak dan kewajiban tidak hanya semata-mata ikhlas dalam profesi ini, tetapi seorang guru juga harus dibekali rasa aman, rasa tenang yang dari kesemuanya itu tidak semata-mata bersumber dari bentuk sufistis (abstrak) tetapi haruslah di imbangi dengan bentuk kongritnya. Terlebih lagi jika dikaitkan pada zaman sekarang ini. paradigma ini sudah tidak layak pakai. Karena guru juga membutuhkan kesejahteraan untuk bisa meneruskan kelangsungan hidupnya buat dirinya dan keluarganya jika ia telah berkeluarga. Dengan kata lain guru juga membutuhkan upah hasil kerjanya untuk meneruskan hidupnya. Apalagi ketika pendidik sudah mempunyai sebuah keluarga, maka ia juga harus menghidupi keluarganya karena apabila tidak demikian akan terjadi gejolak sosial akibat dari hal tersebut.
Seharusnya ikhlas tidak di maknai semata-mata tidak boleh mengharap imbalan. Akan tetapi seorang pendidik harus ikhlas dalam mengajar supaya dia bisa efektif dalam menjalankan tugasnya, dan tidak semata-mata karena uang. Akan tetapi sudah selayaknya seorang pendidik mendapatkan upah dari profesinya agar guru juga bisa menjalani hidupnya dengan baik.
Bentuk aplikasi hakekat tujuan pendidikan pada pola pikir Al-Iman Al-Ghozali memang sudah benar, namun dalam mewujudkan dari tujuan pendidikan tersebut haruslah kita kaji lebih mendalam
Pendidik dalam konteks kekinian memang harus orang yang punya keahlian khusus, tetapi keahlian tersebut hendaknya harus di imbangi dengan fasilitas dan sistem yang mendukung disana. Tanpa hal itu keprofesionalan seorang guru tidak akan berarti apa-apa Wallahu’alamu bishawab
Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa ketika peserta didik melakukan kesalahan, hendaknya dikasih tahu dengan cara yang halus. Mungkin itu benar, akan tetapi jika diterapkan pada anak-anak masa sekarang ini maka itu tidak akan efektif karena anak pada zaman sekarang lebih kritis dan mempunyai keberanian untuk melawan. Cara yang kasar mungkin diperlukan apabila peserta didik mempunyai watak keras dan suka melawan. Akan tetapi sebaiknya pendidik tidak serta merta mendahulukan cara yang keras dari pada cara yang halus.
Al-Ghazal lebih menekankan pada ilmu agama daripada ilmu umum, akan tetapi beliau juga berkata kalau tidak boleh ada diskriminasi dalam mempelajari ilmu. Ini menunjukkan tidak konsistennya al-ghazali


BAB IV
SIMPULAN

Tujuan pendidikan yang terarah dan pendidik yang ahli tentunya amat membutuhkan pandangan dan pencerahan baru terhadap perkembangan pendidikan pada khususnya padangan dan pola pikir yang konservatif dalam memecahkan sebuah masalah yang ada.Namun tawaran Al-Ghozali ini akan dapat terwujud mana kala didukung antara keseimbangan jasmani dan rohani, individu sosial, dunia akhirat serta pandangan dan posisi kita antara haq dan kewajiban kita dipersimpangan jalan menuju kehidupan yang kekal, sikap, kebijakan, pilihan keputusan, kejujuran akan terurai dan terangkai dalam satu kesatuan yaitu sadar diri, dan tidak boleh memandang sebelah mata saja terhadap urusan yang ada. Wallahu’alam bishawab


DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, 2005. Filsafat pendidikan Islam, Gaya Media Pratama : Jakarta
Ramayulis dan Samsul Nizar, 2009. filsafat penddikan Islam, Kalam Mulia : jakarta
Zainuddin, dkk. 1991. Seluk Beluk Pendidikan Al-Ghozali. Cet 1 Penerbit, Bumu Aksara :Jakarta
Muhammad Jawwad Ridla.2002. Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan. Cet 1 Penerbit PT.Tiara Wacana : Yogyakarta
Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany. 1999 Falsafah Pendidikan Islam. Cet 1 Penerbit Bulan Bintang : Jakarta
Busyairi Madjidi. 1997. Konsep Pendidikan Para Filosof Muslim. Cet 1 Al-Amien Press : Jakarta

RPP Fiqih dan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Pokok Bahasan : Talak, iddah, dan rujuk
Kelas / Semester : XI / Gasal
Pertemuan ke – : 6 (Enam)
Alokasi Waktu : 45 menit

A. Standar Kompetensi
o Siswa memiliki wawasan dan pemahaman tentang talak, iddah, rujuk dalam pernikahan.
B. Kompetensi Dasar
o Siswa memahami pengertian, hikmah, hukum, dan macam-macam serta tata cara talak, iddah, dan rujuk.
C. Indikator
o Siswa mampu menjelaskan pengertian talak, iddah, dan rujuk.
o Siswa mampu memahami tentang hukum, dan macam-macam talak, iddah dan rujuk.
o Siswa mampu menyebutkan dalil-dalil talak, iddah, dan rujuk.
o Siswa mampu memahami syarat dan tata cara rujuk.
o Siswa mampu mengambil hikmah dari talak, iddah, dan rujuk
D. Materi Pokok Talak, Iddah, dan Rujuk
o Pengertian talak, iddah, dan rujuk
o Hukum talak dan rujuk
o Macam-macam talak dan iddah
o Syarat dan tatacara rujuk
E. Tujuan Pembelajaran
Agar siswa mengetahui, memahami tentang hikmah talak, iddah, syarat dan tata cara rujuk.
F. Sumber Pembelajaran
o Al Qur’an
o Fikih Islam II SMTA Drs. Mustafa Kamal
o Fiqh Islam H.Sulaiman Rasjid
G. Media Pembelajaran
o LCD
o Kertas
o Spidol
o White board
H. Skenario Pembelajaran
No Kegiatan Waktu Metode / Strategi
1 Pendahuluan
a. Salam pembuka, menanyakan kabar siswa serta memulai pelajaran dengan membaca doa’.
b. Guru mengabsen siswa.
c. Guru memberikan apresiasi. 5 menit Lecturing
2 Kegiatan Inti
a. Guru memberikan penjelasan materi.
b. Guru memberi penjelasan bahwa hari ini guru mengundang pembicara kemudian pembicara menyampaikan materi serta reading aloud.
c. Dari penyampaian pembicara guru meminta siswa untuk bertanya atau menanggapi pembicara.
d. Guru meminta siswa untuk menampilkan sebuah drama yang bertema tentang talak.
e. Siswa disuruh untuk memberikan tanggapan dari apa yang telah ditampilkan oleh siswa.
f. Guru memberikan penguatan materi. 30 menit Interactif-lecturing
Meet the Guest
Reading Aloud
Sajian drama / Acting Out




Penutup
a. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
b. Guru mengadakan post-test.
c. Class Photo
d. Guru mengakhiri kegiatan dengan membaca doa’ dan salam. 10 menit Lecturing
Class Photo

I. Penilaian
• Jenis : Tes
• Teknik : Lisan
a. Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan talak, iddah, dan rujuk !
2. Sebutkan hukum talak, rujuk, dan macam-macam talak ?
3. Sebutkan rukun dan hikanh rujuk ?
b. Jawaban
1. Menurut bahasa adalah melepas ikatan. sedangkan menurut istilah talak adalah pemutusan tali perkawinan
Talak boleh dilakukan apabila hubungan pernikahan antara suami-istri tidak dapat mencapai tujuan pernikahan
2. Hukum talak ada 4 yaitu : wajib, sunat, haram, makruh.
Hukum rujuk ada 4 yaitu : wajib, haram, makruh, jaiz, sunat.
Macam-macam talak : talak raja’I, talak ba’in sughro, talak ba’in kubro.
3. Rukun rujuk ada 3 yaitu: istri, suami dan sighot (ijab qobul). Sebagian ulama menambahkan rukun ini dengan saksi, sehingga rukun rujuk ada 4. Masing-masing rukun itu harus memenuhi syarat-syarat dibawah ini
A. Istri : 1. Sudah pernah dicampuri 2. Talak yang dijatuhkan adalah talak raj’i bukan talak tebus (khulu’), bukan talak 3 atau bercerai dengan fasakh tidak boleh dirujuk oleh bekas suaminya 3. Dalam masa iddah, waktu rujuk terbatas, yaitu hanya ketika istri masih berada dalam masa iddah
B. Suami : 1. Islam 2. Baligh 3. Sehat akal 4. Tidak dipaksa (atas kemauan sendiri)
Saksi : Syarat saksi dalam rujuk sama dengan syarat saksi dalam talak, yaitu 2 orang laki-laki dan adil.

Hikmah rujuk
1. Rujuk akan menjadikan islah (perdamaian)
2. Rujuk akan menghindari pecahnya hubungan kerabat
3. Rujuk akan menghindarkan terbengkalainya pendidikan anak
4. Rujuk akan menghindarkan gangguan jiwa (stres)
5. Rujuk dapat menghindarkan perbuatan dosa
6. Rujuk memungkinkansuami menunaikan kewajiban yang ditinggalkan karena perceraian





Team Teaching :
Yuhan Bantar Cipta Ningsih
M.Usman Riyadi


RPP Fiqih dan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Pokok Bahasan : Talak, iddah, dan rujuk
Kelas / Semester : XI / Gasal
Pertemuan ke – : 6 (Enam)
Alokasi Waktu : 45 menit

A. Standar Kompetensi
o Siswa memiliki wawasan dan pemahaman tentang talak, iddah, rujuk dalam pernikahan.
B. Kompetensi Dasar
o Siswa memahami pengertian, hikmah, hukum, dan macam-macam serta tata cara talak, iddah, dan rujuk.
C. Indikator
o Siswa mampu menjelaskan pengertian talak, iddah, dan rujuk.
o Siswa mampu memahami tentang hukum, dan macam-macam talak, iddah dan rujuk.
o Siswa mampu menyebutkan dalil-dalil talak, iddah, dan rujuk.
o Siswa mampu memahami syarat dan tata cara rujuk.
o Siswa mampu mengambil hikmah dari talak, iddah, dan rujuk
D. Materi Pokok Talak, Iddah, dan Rujuk
o Pengertian talak, iddah, dan rujuk
o Hukum talak dan rujuk
o Macam-macam talak dan iddah
o Syarat dan tatacara rujuk
E. Tujuan Pembelajaran
Agar siswa mengetahui, memahami tentang hikmah talak, iddah, syarat dan tata cara rujuk.
F. Sumber Pembelajaran
o Al Qur’an
o Fikih Islam II SMTA Drs. Mustafa Kamal
o Fiqh Islam H.Sulaiman Rasjid
G. Media Pembelajaran
o LCD
o Kertas
o Spidol
o White board
H. Skenario Pembelajaran
No Kegiatan Waktu Metode / Strategi
1 Pendahuluan
a. Salam pembuka, menanyakan kabar siswa serta memulai pelajaran dengan membaca doa’.
b. Guru mengabsen siswa.
c. Guru memberikan apresiasi. 5 menit Lecturing
2 Kegiatan Inti
a. Guru memberikan penjelasan materi.
b. Guru memberi penjelasan bahwa hari ini guru mengundang pembicara kemudian pembicara menyampaikan materi serta reading aloud.
c. Dari penyampaian pembicara guru meminta siswa untuk bertanya atau menanggapi pembicara.
d. Guru meminta siswa untuk menampilkan sebuah drama yang bertema tentang talak.
e. Siswa disuruh untuk memberikan tanggapan dari apa yang telah ditampilkan oleh siswa.
f. Guru memberikan penguatan materi. 30 menit Interactif-lecturing
Meet the Guest
Reading Aloud
Sajian drama / Acting Out




Penutup
a. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
b. Guru mengadakan post-test.
c. Class Photo
d. Guru mengakhiri kegiatan dengan membaca doa’ dan salam. 10 menit Lecturing
Class Photo

I. Penilaian
• Jenis : Tes
• Teknik : Lisan
a. Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan talak, iddah, dan rujuk !
2. Sebutkan hukum talak, rujuk, dan macam-macam talak ?
3. Sebutkan rukun dan hikanh rujuk ?
b. Jawaban
1. Menurut bahasa adalah melepas ikatan. sedangkan menurut istilah talak adalah pemutusan tali perkawinan
Talak boleh dilakukan apabila hubungan pernikahan antara suami-istri tidak dapat mencapai tujuan pernikahan
2. Hukum talak ada 4 yaitu : wajib, sunat, haram, makruh.
Hukum rujuk ada 4 yaitu : wajib, haram, makruh, jaiz, sunat.
Macam-macam talak : talak raja’I, talak ba’in sughro, talak ba’in kubro.
3. Rukun rujuk ada 3 yaitu: istri, suami dan sighot (ijab qobul). Sebagian ulama menambahkan rukun ini dengan saksi, sehingga rukun rujuk ada 4. Masing-masing rukun itu harus memenuhi syarat-syarat dibawah ini
A. Istri : 1. Sudah pernah dicampuri 2. Talak yang dijatuhkan adalah talak raj’i bukan talak tebus (khulu’), bukan talak 3 atau bercerai dengan fasakh tidak boleh dirujuk oleh bekas suaminya 3. Dalam masa iddah, waktu rujuk terbatas, yaitu hanya ketika istri masih berada dalam masa iddah
B. Suami : 1. Islam 2. Baligh 3. Sehat akal 4. Tidak dipaksa (atas kemauan sendiri)
Saksi : Syarat saksi dalam rujuk sama dengan syarat saksi dalam talak, yaitu 2 orang laki-laki dan adil.

Hikmah rujuk
1. Rujuk akan menjadikan islah (perdamaian)
2. Rujuk akan menghindari pecahnya hubungan kerabat
3. Rujuk akan menghindarkan terbengkalainya pendidikan anak
4. Rujuk akan menghindarkan gangguan jiwa (stres)
5. Rujuk dapat menghindarkan perbuatan dosa
6. Rujuk memungkinkansuami menunaikan kewajiban yang ditinggalkan karena perceraian





Team Teaching :
Yuhan Bantar Cipta Ningsih
M.Usman Riyadi

Pengertian Bimbingan dan Konseling

PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Di buat oleh : “Yuhan Bantar Cipta Ningsih’
07410278
14
PAI 7 (G)


A.1 Pengertian Bimbingan
Pendapat dari beberapa ahli antara lain :
1. Miller (I. Djumhur dan Moh. Surya, 1975) mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat.
2. Sertzer & Stone (1966) menemukakan bahwa guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan
3. W.S. Winkel (1981) mengemukakan bahwa guidance mempunyai hubungan dengan guiding: “ showing a way” (menunjukkan jalan), leading (memimpin), conducting (menuntun), giving instructions (memberikan petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan) dan giving advice (memberikan nasehat).
4. “Bimbingan pada hakekatnya merupakan upaya untuk memberikan bantuan kepada individu atau peserta didik.. Bantuan dimaksud adalah bantuan yang bersifat psikologis.
5. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur, cara dan bahan agar individu tersebut mampu mandiri dalam memecahkan masalah – masalah yang dihadapinya
6. Book of Education (1955) menyatakan bahwa: guidance is a process of helping individual through their own ffort to discover d develop their potentialisties bothfor personal happiness and social usefulness. Definisi yang diungkapkan olehMiller (dalam Jones, 1987) nampaknya merupakan definisi yang lebih mengarah pada pelaksanaan bimbingan di sekolah. Definisi tersebut menjelaskan bahwa: “Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahan diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat”.
7. Bimbingan berarti bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang memerlukannya. Perkataan “membantu' berarti dalam bimbingan tidak ada paksaan, tetapi lebih menekankan pada pemberian peranan individu kearah tujuan yang sesuai dengan potensinya. Jadi dalam hal ini, pembimbing sama sekali tidak ikut menentukan pilihan atau keputusan dari orang yang dibimbingnya. Yang menentukan pilihan atau keputusan adalah individu itu sendiri.
8. Bimbingan merupakan suatu proses kontinyu, artinyan bimbingan itu tidak diberikan hanya sewaktu-waktu saja dan secara kebetulan, namun merupakan kegiatan yang terus menerus, sistematika, terencana dan terarah pada tujuan.


A.2 .Pengertian Konseling
1. Jones ,1951, mengartikan konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia dapat bantuan pribadi da langsung dalam pemecahan masalah itu.
2. Shertzer & Stone, 1974,…..interaksi yang (a) terjadi antara dua orang individu, masing-masing dibeut konselor dan klien;(b) terjadi dalam suasana yang professional.
3. Division of Conseling Psykology, Konselingmerupakan suatu proses untuk membantu individual mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya dan untuk mencapai perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu.
4. McDaniel , 1956, …suatu rangkaian pertemuan langsung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kepadanya untuk dapat menyesuaikn dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya.
5. “Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapai oleh klien”.
6. Konseling merupakan proses pemberian bantuan yang didasarkan pada prosedur wawancara konseling oleh seorang ahli ( disebut konselor) kepada individu ( disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
7. Konseling merupakan proses yang dinamis, dimana individu klien dibantu untuk mendapatkan mengembangkan dirinya, mengembangkan kemampuan-kemampuannya dalam mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapi.
8. Konseling melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung, mengemukakan dan memperhatikan dengan saksama isi pembicraan, gerakan-gerakan insyarat, pandangan mata, dan gerakan-gerakan lainnya dengan maksud untuk meningkatkan pemahaman kedua belah pihak yangterlibat di dalam interaksi itu.

Fungsi Bimbingan Konseling

Fungsi Bimbingan dan Konseling adalah :
1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
4. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
9. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
10. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli
Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah:
1. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).
2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
3. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
5. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
6. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.
Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut.
1. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
2. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan konseli (konseli) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
3. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.
5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli (konseli) sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli.
6. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli (konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
7. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
9. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan konseli (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.
10. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.
DAFTAR RUJUKAN
AACE. (2003). Competencies in Assessment and Evaluation for School Counselor. http://aace.ncat.edu
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor. Naskah Akademik ABKIN (dalam proses finalisasi).
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2005). Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Bandung: ABKIN
Bandura, A. (Ed.). (1995). Self-Efficacy in Changing Soceties. Cambridge, UK: Cambridge University Press.
BSNP dan PUSBANGKURANDIK, Balitbang Diknas. (2006). Panduan Pengembangan Diri: Pedoman untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Draft. Jakarta: BSNP dan PUSBANGKURANDIK, Depsiknas.
Cobia, Debra C. & Henderson, Donna A. (2003). Handbook of School Counseling. New Jersey, Merrill Prentice Hall
Corey, G. (2001). The Art of Integrative Counseling

Kamis, 10 Maret 2011

Fikih Wanita (Menghilangkan Alis Mata dan Wasyam/ Tato)

A.Menghilangkan Alis Mata
Menghilangkan alis mata dan menipiskannya hukumnya haram. sebagaimana hadis Ibnu Mas'ud bahwa Nabi Saw. bersabda:
Yang Artinya: " Allah melaknat wanita yang merajah badan dan wanita yang minta dirajah badannya, dan wanita yang mencukur alis dan wanita yang minta dicukur alisnya dan wanita yang merenggangkan gigi untuk keindahan yang gmengubah ciptaan Allah ( H.R. Tujuh Imam)
B. Wasyam
Al-wasyimah ialah wanita yang merajah badan wanita lain dengan menancapkan jarum atau semacamnya di punggung, telapak tangan, atau bagian lainnya hingga mengalir di tempat itu sehingga menjadi hijau. perbuatan itu haram bagi pelaku dan orang yang dirajanya dan orang yang meminta dirajah.
Tempat rajahan (tato) itu menjadi najis menurut fuqaha Syafi'yah. Bila mungkin menghilangkan, wajib menghilangkan dengan segera. Jika tidak mungkin, kecuali dengan membedahnya tanpa kesulitan dan tidak takut rusak, maka harus menghilakannya dengan segera. Jika ditakutkan rusak atau kehilangan anggota tubuh atau sesuatu yang memprihatinkan, maka tidak wajib menghilankannya.