Bismillahirrohmanirrohim

wahai sahabat...
dengan ilmu kita akan mendapatkan segalanya..
dengan ilmu kita akan selamat dunia akhirat..

Selamat Datang Pengunjung Ke

Follow

Selasa, 15 Maret 2011

UNESCO

UNESCO (United Nations Educational Scientific, Culture, Organization)
1. Education for all
Yakni pemerataan pendidikan bagi semua kalangan masyarakat tanpa membedakan antara yang kaya dan yang miskin, tanpa membedakan suku, budaya, bahasa, adat-istiadat, warna kulit, dan agama. Di Indonesia, pendidikan untuk semua ini sudah dicanangkan, dengan melihat melihat kebijakan-kebijakan yang ada, yaitu :
a. Wajib belajar 9 tahun menjadi 12 tahun.
b. Adanya hak yang sama bagi masyarakat untuk mendapat pendidikan yang bermutu (Sisdiknas, BAB IV pasal 5).
c. Sisdiknas, BAB IV pasal 5 (1,2,3,4,5), pasal 6, 7, 11 (1,2), dll.
d. Program penghapusan buta huruf.
e. Otonomi pendidikan.
f. BOS.
g. Beasiswa bagi siswa yang berprestasi dan yang tidak mampu.
h. Melengkapi sarana dan prasarana.
Adanya kesenjangan yang terjadi dari kebijakan-kebijakan pendidikan yang sudah ditetapkan mayoritas akrena keterbatasan pengetahuan dan sarana prasarana. Contoh : dalam pelaksanaan kurikulum KTSP masih banyak yang belum bisa secara maksimal mengoperasionalkan dalam pendidikan.
Selain itu, kegagalan lain dari penerapan education for all ini adalah :
a. Paradigma magic, anggapan masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi itu adalah karena takdir yang sudah ditetapkan.
b. Paradigma naïf, masyarakat mengetahui kelemahan dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki akan tetapi mereka malas dan tidak mau mengusahakan untuk mengupayakan pada hal yang lebih baik dan lebih maju dalam mengaktualisasikan diri
c. Paradigma kritis, mayrakat tidak dapat mengembangkan potensi-potensinya karena sistem-sistem yang membelenggu.
2. Education must be situasional
Pendidikan mesti disesuaikan dengan kebutuhan/sesuai dengan arus zaman. Bagaimana pendidikan bisa menjadi peka zaman.
a. Merumuskan konsep
1. Pendidikan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
2. Disesuaikan dengan kondisi masyarakat.
Hambatan : kondisi masyarakat yang belum bisa disesuaikan secara maksimal.
b. Kurikulum yang disesuaikan
• Pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan “need” masyarakat yang ada.
3. Pendidikan sepanjang hayat
Pendidikan tidak dapat hanya dapat dilakukan di lembaga-lembaga sekolah, akan tetapi pendidikan secara umum dapat dilakukan di mana saja dalam rangka usaha pengaktualisasian diri manusia itu sendiri (dilingkungan keluarga dan masyarakat). Dan pendidikan ini tidak terbatas pada jenjang usia tertentu, jenjang pendidikan tertentu, akan tetapi berlangsung sampai akhir hayat (hidup). Sabda Nabi : Uthlubul ‘ilma minal mahdi ila lahdi (menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahat).
4. Education focoses on gender
Sebuah pendidikan di mana adanya kebebasan memilih pendidikan namun tanpa meninggalkan makna-makna dan kodrat yang dimiliki oleh masing-masing.
5. Pendidikan holistik.
Holistic = whole, artinya menyeluruh. Pendidikan yang holistic yakni pendidikan yang berusaha supaya peserta didik:
a. Menemukan identitas diri.
b. Makna dan tujuan hidup.
Pendidikan holistic secara konkrit dapat dilihat di dalam pembelajaran, di mana pembelajaran tersebut tidak hanya melibatkan otak peserta didik akan tetapi juga melibatkan tubuh dan perasaan (inteligen, motorik, emotional, dan spiritual). Adanya pendidikan holistic ini, penting bagi seorang guru untuk memiliki keprofesionalan di dalam melakukan pembelajaran di kelas. Karena guru yang profesionallah yang berkompeten untuk mewujudkan pendidikan yang holistic. Di sinilah Peran penting pemerintah dalam pengembangan keprofesionalan ini, namun, partisipasi guru itu sendiri untuk meningkatkan keprofesioanlannya pun sangat penting.
Keprofesionalan itu meliputi :
a. Menguasai peserta didik.
b. Menguasai instruksional.
c. Menguasai merode pembelajaran.
d. Mengusai evaluasi pembelajaran.
6. Tujuan akhir pendidikan hidup bersama dalam harmoni, semangat paguyuban/kebersamaan, pembangkitan nurani dan moral.
Realita :
1. Banyaknya fenomena yang menunjukkan meningkatnya individualis dikarenakan dampak dari arus reformasi dan globalisasi. Dampak : pengangguran, pencurian, penindasan, dll.
2. Banyaknya generasi yang matang secara akademik (teori) namun nol dalam praktek.
3. Banyaknya profesor-profesor yang bernurani dan moral rendah.
Solusi :
1. Perkuat dan fungsikan secara maksimal catur pusat pendidikan (keluarga, masyarakat, sekolah, dan agama).
2. Capai tiga ranah pendidikan secara maksimal (kognitif, afektif, dan psikomotor) dan menyeluruh.

7. Pilar-pilar pendidikan :learning to know, to do, to be and to live together.
a. Learning to know : merupakan sebuah proses untuk mengetahui arah atau berbagai ilmu pengetahuan..
b. Learning to do : yakni mengimplementasikan apa yang sudah didapatkan.
c. Learning to be : mengetahui dan menemukan jati diri.
d. Live together : hidup bermasyarakat secara damai dan tentram.

Tidak ada komentar: